The First Indonesian Phoenix Wright Forum
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


Daryan, I consider that my last session with you... We rocked.
Klavier Gavin, Lead Vocal of The Gavinners

 
HomeHome  PortalPortal  GalleryGallery  Latest imagesLatest images  SearchSearch  RegisterRegister  Log inLog in  

 

 it's a turnabout life

Go down 
+4
TsukishiroX
D. A. Taufik
Reina von Gant
mikumo-hime
8 posters
Go to page : Previous  1, 2
AuthorMessage
mikumo-hime
Prosecutor
Prosecutor
mikumo-hime


Female Number of posts : 373
Age : 32
Location : ShinRa Company, 70th floor
Reputasi : 0
Registration date : 2008-09-07

it's a turnabout life - Page 2 Empty
PostSubject: Re: it's a turnabout life   it's a turnabout life - Page 2 Icon_minitimeFri Nov 21, 2008 11:45 pm

eugh, here's the next chapter...

chapter 6: truth and dreams

Keesokan paginya, kantor kejaksaan tinggi dikejutkan dengan penampilan Jaksa Miles Edgeworth. Biasanya ia berpenampilan elegan memakai setelan merah marun Massimo Dutti, cravat sutra Perancis dan sepatu kulit Bally warna hitam. Tetapi ia hari ini memakai kemeja casual Hugo Boss warna hitam, dasi kantoran biasa warna putih Marks & Spencer, dan sandal karet Kustom warna hitam dengan sebelah kakinya dibalut perban. Sambil membawa koper bermerek Gianfranco Ferré, ia berjalan terseok-seok melewati sambil membaca kertas dokumen kerja – cuek dengan orang-orang disekelilingnya yang sibuk kasak-kusuk membicarakan penampilannya. Ada yang bilang ia habis menabrak tiang listrik, ada yang bilang ia mendadak alergi renda sehingga ia tidak bisa memakai cravat, dan tentu saja komentar-komentar sinis itu dilemparkan oleh para pria karena para wanita histeris melihat Jaksa Edgeworth berpenampilan seperti itu. Ia hanya menyapa rekan-rekan kerjanya seadanya. Tujuannya adalah cepat-cepat sampai di ruang kantornya dan menyelesaikan semua berkas, lalu pulang. Ia sedang tidak berminat untuk mengambil kasus apapun. Biar saja Franziska bermain-main dulu bersama Wright untuk sementara waktu, ini akan menjadi pelajaran bagus untuk mereka berdua pikirnya. Rupanya dalam insiden kemarin Pess menubruk kopernya dan isinya berhamburan kemana-mana dan tentu saja semua baju kerjanya penuh dengan tapak kaki anjing. Yang selamat hanyalah baju-baju santainya yang disimpan di bagian dalam koper. Apa boleh buat, toh sandal jepit tidak mungkin cocok dengan jas dan cravat – dan semua sepatunya harus pensiun dulu untuk sementara sampai kakinya sembuh. Sampai ia kembali ke penthousenya seminggu lagi (karena harus menunggu kamar bayi selesai dibangun) ia harus menanggalkan pakaian formalnya. Dan lagi, dia merasa lebih baik untuk tidak pakai jas dulu untuk sementara waktu kecuali mau semuanya hancur oleh muntahan dan ompol William.

---

SATU MINGGU KEMUDIAN

Siang itu di office no. 1202 Kantor Kejaksaan Tinggi Los Angeles, Miles sedang mengerjakan laporan di laptopnya sambil menyetel lagu-lagu Jazz kesukaannya untuk menciptakan suasana santai di antara tumpukan berkas yang menggunung tinggi di ruangannya seperti mount Everest. Ketika ia sedang menyeduh teh Earl Gray untuk afternoon tea, tiba-tiba Franziska masuk. Seperti biasa, menendang pintu dan tanpa mengetuk. Miles diam saja karena tahu ia akan dicambuk jika berani memperingatkan soal kebiasaan kasarnya. Ia sedang tidak mood untuk berurusan dengan cambuk Franziska. Lagipula ia sedang fokus agar takaran tehnya tepat. Seminggu mengurus bayi dan ia sangat perhatian terhadap detail jumlah takaran tiap bahan makanan ketika memasak apapun, mulai dari crème brulee sampai dallmayr prodomo coffee kesukaannya.

“Bruderlein!”

SRAK! Semua daun tehnya jatuh ke cangkir dan bercampur dengan gula – sudah tidak mungkin diangkat lagi dan tidak mungkin ia buang karena daun teh Earl Gray yang ia gunakan asli diimpor langsung dari Sri Lanka dan harga sekilonya bisa digunakan untuk memberi makan sepuluh keluarga miskin di negara asal daun teh tersebut. Ia lalu menuang air, mengaduk, lalu menutup poci tehnya dan menaruhnya kembali ke rak di ambang jendela untuk diminum nanti kalau sudah selesai. Setelah itu ia kembali duduk di kursinya dan siap-siap kembali ke hadapan laptop untuk mengetik berkas, bersikap seolah-olah tidak ada siapapun kecuali dirinya di ruangan itu. Franziska akhirnya kesabaran, ia akhirnya melangkah ke depan dan menggebrak meja. “Bruderlein! Aku perlu bicara serius denganmu!” katanya tegas. Ia mengangkat wajahnya, lalu menatap Franziska yang sepertinya tidak marah, namun tidak terlihat senang juga.

“Ada apa, meine schwester?”

“Ini soal William…kapan kau akan memberitahukannya pada semua orang kalau kau adalah ayah dari William Edgeworth?”

“Franziska, kau sendiri tahu kalau hubunganku dan Lana sendiri dirahasiakan. Aku tak mungkin membuat orang-orang gegar otak dengan tiba-tiba memberitahukan kalau aku punya anak dan ibunya Lana Skye. Lagipula, aku sudah cukup membuat rekan-rekan kita di sini kesusahan karena insiden yang aku dan Lana buat. Jadi untuk sementara biar saja orang-orang tidak tahu, nanti juga mereka tahu sendiri” katanya sambil terus mengetik.

“Bruderlein! Bukan itu! Maksudku, kapan kau akan memberitahu Papa, mutti dan schwester Vanessa?” tanya Franziska lagi

“Lho? Kukira kau sudah memberitahu mereka?”

“Aku mau kau yang mengatakannya sendiri, bruderlein. Dan minta maaf pada papa dan mutti!”

“Yah...nanti saja, kalau aku pulang ke Jerman lagi”

BRAK!

“AAAAAAARGH! FRANZISKA! KAU NGAPAIN SIH NUTUP LAPTOPKU?! TANGANKU TERJEPIT TAHU!” teriaknya sambil mengibas-ngibaskan jarinya karena perih.

“Bruderlein, SEKARANG!” katanya ketus sambil menunjuk ke teleponnya yang tergeletak di ujung meja kerjanya.

Miles lalu melirik ke tangannya. Cambuk yang dibawa Franziska bukan cambuk stockwhip Australia yang biasa dipakainya. Yang sedang dibawanya adalah cambuk bullwhip dari Kanada yang bunyinya sangat keras dan tentu saja, sakitnya luar biasa.

SIAL!

Dengan malas, ia bergeser ke ujung meja kerjanya dan mengambil teleponnya, lalu menekan nomor-nomor yang akan menghubungkannya ke rumah ibunya di Jerman.

“Ya, Wilhelmina Von Karma di sini”

“Halo, uhm….ibu?”

“Miles? Ini benar-benar kau yang menelepon?!”

“Iya, ibu…apa aku mengganggu?”

“Tidak! Ibu justru senang sekali kau menelepon! Kau jarang sekali menelepon ibu…kau dan Franziska pasti sibuk sekali. Ibu sering mendengar berita tentang kalian berdua sebagai Jaksa. Kalian pasti sekarang sudah sukses di Amerika!”

“….”

“Miles?”

“…Ibu, aku harus memberitahumu sesuatu…”

“Ada apa, Miles?”

“Itu…sebenarnya…sudah hampir sebulan yang lalu sih sebenarnya…tapi aku baru dapat kesempatan untuk memberitahu ibu sekarang…”

“Tentang apa, Miles?”

“…Aku…aku sebenarnya sudah jadi ayah….”

“….”

“Ibu?”

“…”

“A-aku tahu aku salah! Tapi…ini benar-benar diluar dugaan…aku sendiri tidak tahu kalau pacarku hamil…dan sekarang dia sudah meninggal karena komplikasi waktu melahirkan! A-aku benar-benar minta maaf…kalau ibu marah, aku menerimanya. Tapi kumohon, maafkan aku! Aku juga sudah memutuskan untuk bertanggung jawab!”

Miles sudah hampir menangis. Suaranya sudah serak dan matanya merah, menandakan airmatanya siap untuk tumpah kapan saja.

“Miles…”

“Ya, Ibu?”

“Ibu tidak marah, kok. Ibu malah senang sekali kau punya anak! Ibu selalu mengira kau dan Franziska hanya tertarik dengan pekerjaan, tapi rupanya tidak. Ibu juga bangga kau mau bertanggungjawab”

“…”

“Anakmu laki-laki atau perempuan, Miles?”

“Laki-laki. Namanya William”

“Nama yang bagus. Kau yang memberikannya?”

“…Iya…”

“Aku ingin melihatnya. Bisa kau kirimkan fotonya lewat e-mail? Atau kapan-kapan kau tunjukkan dia lewat webcam?”

“Ya…aku akan mengirimkan fotonya secepatnya”

“Oh, aku harus pergi sekarang ke perjamuan teh dengan para istri dari Bavarian Country Club. Auf wiedersein, meine liebling Miles”

“Auf wiedersein, meine liebling mutti”

Miles lalu menaruh teleponnya kembali dan menghela napas sambil bersandar ke kursinya. Ia lega ibunya tidak marah. Tapi Franziska masih geram dan menarik cambuknya kuat-kuat, tanda bahwa ia siap memainkan bullwhip-nya kapan saja. “Iya! Iya!” teriak Miles sambil buru-buru menekan tombol untuk menelepon Vanessa di Perancis.

Jika sang ibu memberikan dukungan, maka kakak perempuannya ini tertawa terbahak-bahak sampai perutnya sakit. Miles hampir saja menutup gagang telepon sampai akhirnya Vanessa juga meminta Miles mengirimkan foto William lewat e-mail. Setelah itu Vanessa tertawa histeris lagi sampai Miles menutup telepon dengan kasar.

“Kau puas, Franziska?” tanya Miles.

Franziska menggeleng “Kau belum memberitahu papa, bruderlein”

Miles langsung kaku di tempat bagai ikan pepes yang diformalin dan berkeringat dingin. Ia antara takut dengan bullwhip Franziska dan kemarahan Manfred yang kalau sudah mengeluarkan ‘sabda setan’ nya, niscaya seorang manusia bernama Miles Edgeworth akan punah dari muka bumi dalam hitungan detik. Tapi Franziska tidak melakukan apa-apa.

“Aku juga bingung bagaimana cara memberitahu papa, bruderlein. Aku takut sekali kalau ia marah besar….bagaimana kalau kau sampai didepak dari keluarga Von Karma? Bagaimana nasib William nanti?”

“Kau benar…walaupun dia sekarang ada di Fox River Detention Center, tapi kalau dia 20 tahun lagi masih hidup…aku bisa mampus!”

“Einspruch! Membiarkannya tidak tahu juga bukan hal yang baik, bruderlein. Kita harus memberitahunya mau bagaimanapun juga! Lain kali kau ke tempat papa, ajaklah William”

“…Ya…”

Franziska lalu mengecek jam tangannya. “Aku harus pergi sekarang, bruderlein. Ada sidang lagi”

“Kau pulang jam berapa?”

“Tidak tahu, mungkin telat. Hari ini aku harus melawan Phoenix Wright”

“Begitu…berarti aku akan pulang duluan. Paulina menyuruhku pulang lebih cepat agar aku menghabiskan waktu lebih lama bersama William”

“Hmm…begitu. Baiklah, sampai ketemu di rumah. Auf wiedersein”

“Auf wiedersein. Oh ya, Franziska…”

“Ya, bruderlein?”

“Jangan lupa perlakukan Wright dengan sadis”

Franziska tersenyum “Hmph, kau tidak perlu memintaku pun aku bermaksud melakukan itu”

Franziska lalu keluar dari ruangan Miles. Setelah menutup pintu, ia melangkah ke arah lift.

Tanpa yang dua kakak-beradik itu tahu, seseorang telah menguping pembicaraan mereka dari ruang sebelah.

“Khi khi khi…aku bisa memanfaatkan ini” kata penguping itu sinis sambil mencopot speaker dari dindingnya
Back to top Go down
http://natsumi726.deviantart.com
mikumo-hime
Prosecutor
Prosecutor
mikumo-hime


Female Number of posts : 373
Age : 32
Location : ShinRa Company, 70th floor
Reputasi : 0
Registration date : 2008-09-07

it's a turnabout life - Page 2 Empty
PostSubject: Re: it's a turnabout life   it's a turnabout life - Page 2 Icon_minitimeFri Nov 21, 2008 11:48 pm

Ketika Miles pulang ke rumah, ia disambut dengan ramah oleh pelayan-pelayannya. Entah kenapa sejak ia membawa pulang William, mereka bersikap lebih ramah kepadanya daripada sebelumnya.

“Mana William?” tanyanya pada Paulina sambil celingukan

“Sudah tidur, Herr Miles. Wajahnya manis sekali” katanya sambil membawakan kopernya

“Oh ya, hari ini ia pemeriksaan rutin ke dokter kan? Apa kata Dr. Landell?”

“William tumbuh baik dan sehat, dan berat badannya sudah naik. Sekarang dia sudah bisa dibawa jalan-jalan ke luar, tapi kata Dr. Landell sebaiknya sampai usianya empat bulan ia tidak dekat-dekat dengan Pess”

“Begitu…terima kasih, Paulina”

“Sama-sama, Herr Miles”

Sesampainya di kamar ia melihat William yang sedang tidur dalam bassinet-nya. Ia menghela napas lega karena berarti malam ini ia bisa fokus dengan berkas-berkasnya yang belum selesai. Tapi entah kenapa, walaupun sudah 30 menit berlalu ia tidak bisa beranjak dari situ dan terus saja memandangi wajah William yang sedang tidur.

Memang dia manis sekali…tentu saja! Dia kan anakku dan Lana!

Miles lalu mengecup pipi William yang sangat halus dan beraroma bedak dan susu, setelah itu pergi ke kamar mandi untuk mandi, mengerjakan berkas, lalu pergi tidur.

---

“Miles…”

Siapa itu yang memanggilku?

“Miles…Miles…”

Sepertinya aku mengenalnya…

“Miles…di sini, sebelah sini”

Ketika menghadap ke belakang, Miles terperanjat melihat siapa yang memanggil-manggilnya

“A-ayah!”

Miles berlari sekencang-kencangnya dan memeluk ayahnya dengan erat.

“Ayah! Aku…aku kangen sekali denganmu!”

“Aku juga, Miles. Lama tidak bertemu dan kau sudah dewasa. Tak kusangka kau sekarang telah menjadi jaksa yang hebat. Von Karma benar-benar mendidikmu dengan baik”

“Ah…itu…”

“Tapi Miles, sejujurnya…aku agak kecewa denganmu”

“Kenapa?”

“Sadarkah kau, bahwa kau sekarang telah menempuh jalan yang salah?”

“Maksud ayah? Apa karena aku memilih menjadi jaksa, bukan menjadi seorang pengacara sepertimu? Atau karena aku berguru pada orang yang telah membunuhmu?”

“Bukan, bukan itu. Bagiku kau menjadi apapun atau berguru pada siapapun tidak masalah”

“Jadi? Apa salahku?”

“Miles…ingatlah apa yang telah kuajarkan padamu dulu”

Belum sempat ia berbicara apa-apa, ayahnya sudah bicara lagi

“Sudah waktunya, aku harus pergi sekarang”

“Ayah, tunggu dulu! Jangan pergi! Aku masih ingin bicara banyak denganmu!”

“Miles, aku juga ingin berbicara banyak denganmu. Tapi aku tak bisa...aku benar-benar harus pergi”

“Tapi jangan tinggalkan aku sendiri! Aku…aku…”

“Miles…kau sudah tidak sendiri lagi, kau tahu sendiri kan?”

“Ayah…”

“Besarkan William dengan baik”

“Ya…”

“Selamat tinggal….”

“Ayah! Tunggu…tunggu dulu! Apa maksudmu dengan jalan yang kutempuh itu salah?! Pelajaran yang manakah yang kaumaksud?! Ayah! Ayah! AYAH!”
Back to top Go down
http://natsumi726.deviantart.com
mikumo-hime
Prosecutor
Prosecutor
mikumo-hime


Female Number of posts : 373
Age : 32
Location : ShinRa Company, 70th floor
Reputasi : 0
Registration date : 2008-09-07

it's a turnabout life - Page 2 Empty
PostSubject: Re: it's a turnabout life   it's a turnabout life - Page 2 Icon_minitimeSun Nov 23, 2008 8:25 am

Chapter 7: Pathways of a Prosecutor

KRIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINGGGGGG…

HAH!

Begitu ia membuka matanya, yang terlihat olehnya adalah langit-langit kamarnya yang berwarna krem pucat dan bunyi weker memenuhi telinganya. Dengan napas tersengal-sengal, ia perlahan-lahan bangun dan melihat sekeliling. Tubuhnya basah kuyup karena keringat, dan merembes ke kasur, selimut sutra dan bantal bulu angsanya yang berwarna merah marun. ia sendiri kaget kenapa ia bisa berkeringat sebanyak itu. Bahkan saat olahraga pun ia jarang berkeringat sampai seperti itu. Ia mencoba mengingat apa yagn baru saja terjadi.

Aku bertemu ayah…mimpi…?

Tiba-tiba terdengar suara tangis bayi yang membuyarkan lamunannya. Cepat-cepat ia mematikan weker, lalu beranjak dari tempat tidurnya dan melangkah ke bassinet William. “Hei, hei….ssh, jangan nangis Willie…” katanya sambil menggendong William dan mengecek popoknya “GYAAAAAHH! Aduh, kenapa kau mesti pup pagi-pagi sih?! Haaaahhhh….” Ia menghela napas panjang, lalu membawa William ke kamar mandi untuk menggantikan popoknya.

---

Miles baru masuk ke ruang makan sambil menggendong William ketika Franziska memulai sarapan paginya. Ia sedang makan roti bakar sambil menonton CNN di LCD TV.

“Guten morgen, bruderlein” sapa Franziska sambil memotong roti bakarnya

“Guten morgen” jawabnya pendek sambil melangkah ke counter tempat coffee & tea set, dimana Paulina sudah menyiapkan alat-alat untuk membuat susu William. Setelah menekan tombol bottle sterilizer, Miles lalu pindah ke coffee maker untuk membuat Dallmayr Prodomo favoritnya. Ia memasukkan biji kopi ke tangkinya, memasang tutupnya, lalu menyalakan mesinnya dengan satu tangan. Ketika bottle sterilizer berbunyi, ia langsung menidurkan William di car seat yang disimpan di ruang makan untuk cuci tangan dan membuat susu.

“Bruderlein, kau tidak makan? Pagi ini kita sarapan dengan telur penyu Sumatera kesukaanmu, lho” tanya Franziska

“Nein, danke. Tadi pagi ketika aku baru bangun aku langsung menggantikan popok William dan aku langsung kehilangan selera makan” jawabnya lemas sambil mengocok botol susu.

“Jadi, jatah sarapanmu boleh kumakan?”

“Silakan saja”

Tanpa basa-basi lagi, Franziska langsung mencomot telur penyu jatah ‘adik’ nya. Sementara sang pemilik telur tersebut menghampiri anaknya, mengangkatnya pelan-pelan dari car seat, membetulkan posisi tangannya lalu memberikan susu. Sambil memberikan susu, ia memandang ke luar jendela. Langitnya cerah, dan banyak burung-burung kenari hinggap di kebunnya. Tepat pada saat itu, ramalan cuaca CNN mengumumkan bahwa cuaca hari ini akan cerah sepanjang hari.

“Franziska, kau hari ini ada acara?” tanya Miles. “Hmmm…hari ini aku mau pergi belanja ke Fred Segal sama Ema Skye dan beberapa teman-temanku yang lain”

“Hmm…”

“Boleh kubawa Pess sekalian? Sepertinya teman-temanku akan membawa anjingnya”

“Boleh saja, soalnya aku jadi jarang bersama dengannya karena sibuk mengurus William. Dan lagi, karena situasi William dia jadi harus dikurung terus di kamarnya”

“Kalau begitu, bagaimana kalau kau sebelum mandi pagi ajak Pess jalan-jalan?”

---

“Hei! Hei! Pess, tunggu! Heel, boy! Heel!”

Lama tidak diajak jalan-jalan oleh Miles membuat Pess menjadi hiperaktif. Ia terus berlari menyeret-nyeret tuannya di sepanjang jalan perumahan Beverly Hills, sementara Miles harus sekuat tenaga menahan Pess agar ia tidak lepas kendali dan membuatnya jatuh, atau ia menubruk anjing-anjing lain – yang semuanya sedang diajak jalan-jalan oleh selebritis Hollywood atau orang-orang dari kaum socialite. Ia berusaha agar Pess tidak membuat anjing lain terluka dan ia dituntut ke pengadilan dan ia sangat yakin Phoenix tidak akan membelanya untuk kasus bodoh seperti itu.

Akhirnya ia memutuskan untuk istirahat di taman yang jaraknya kira-kira seribu meter dari Von Karma Mansion. Ia lalu melepaskan kaitan tali Pess dan membiarkannya berlari-lari, bermain bersama anjing-anjing lainnya. Tentu saja, diantara kumpulan toy dogs yang populer sebagai icon Hollywood girls dan para socialite, Pess yang berdarah murni Collie Breed terlihat begitu besar. Sambil bersantai di pinggir lapangan, ia mengobrol dengan pemilik-pemilik anjing lainnya (terutama cewek) yang beristirahat sambil membiarkan anjing-anjing mereka bermain bersama-sama. Kira-kira satu jam kemudian, mereka mulai berpisah untuk pulang atau melanjutkan jalan-jalan. Miles lalu memanggil Pess balik, dan ketika ia sedang mengelus kepala Pess, tiba-tiba ia teringat akan Phoenix Wright.

Wright…kapan aku akan punya cukup keberanian untuk memberitahunya soal William?
Back to top Go down
http://natsumi726.deviantart.com
mikumo-hime
Prosecutor
Prosecutor
mikumo-hime


Female Number of posts : 373
Age : 32
Location : ShinRa Company, 70th floor
Reputasi : 0
Registration date : 2008-09-07

it's a turnabout life - Page 2 Empty
PostSubject: Re: it's a turnabout life   it's a turnabout life - Page 2 Icon_minitimeSun Nov 23, 2008 8:30 am

Jangankan Phoenix, bahkan memberitahu ayah angkatnya sendiri pun ia tidak berani. Tapi Manfred Von Karma dan Phoenix Wright adalah dua kasus yang sama sekali berbeda di sini. Seharusnya mereka berdua sekarang sudah tahu, namun entah kenapa ia tidak punya nyali sama sekali untuk memberitahu tentang William. Selama ini memang cerita cintanya dengan Lana dirahasiakan karena ia tidak mau orang-orang menggosipinya dan hal itu hanya akan memperburuk citra Kejaksaan Agung. Tapi ia tahu bahwa Phoenix bukanlah tipe orang yang mulut ember atau akan memanfaatkan kelemahan seseorang.

Jadi kenapa aku tidak mau memberitahu Wright?! Sebenarnya apa yang kutakutkan sih?!

Merasa capek, Miles memutuskan untuk kembali ke rumah.

Sementara itu, sebuah mobil Ford Mustang GT390 berwarna kuning perlahan mengikuti Miles dari jauh. Melihat mobil klasik mahal seperti itu adalah pemandangan biasa bagi Miles dan penghuni Beverly Hills lainnya, jadi ia tidak terlalu menghiraukannya dan lebih fokus mengontrol Pess yang sewaktu-waktu bisa loncat atau melakukan hal ekstrim apapun yang bisa memperparah kakinya.

Heh…Miles Edgeworth, tunggu saja…akan kubuka semua rahasiamu…

---

Siang itu, Ema dan Franziska pergi menaiki salah satu limousine putih milik keluarga Von Karma, membawa serta Joseph dan Emmanuel (sebenarnya mereka adalah bodyguard Franziska, tetapi yang pasti nantinya mereka pasti disuruh menjadi kuli angkut untuk membawakan belanjaan kedua gadis itu – Miles tahu betul mereka berdua tak akan bisa berhenti belanja kalau sudah sampai di Fred Segal dan pertokoan-pertokoan lainnya di California). Kini giliran Miles dengan Lamborghini Gallardo-nya yang berwarna hitam – walaupun sebenarnya ia lebih ingin membawa BMW M6 Convertible-nya. Tetapi ia takut William akan sakit kalau sekarang dibawa jalan-jalan dengan mobil atap terbuka. Setelah mengepak persediaan susu, popok dan baju ganti yang cukup, ia memasang car seat William di jok Lambhorgini-nya dan memastikan bahwa William aman di situ – ia tidak ingin terlibat insiden seperti Britney Spears dan anaknya yang sempat menjadi berita heboh beberapa waktu yang lalu. Awalnya Paulina bersikeras untuk ikut, tetapi Miles menyuruhnya diam di rumah karena ia ingin pergi berdua saja dengan William. Akhirnya dengan berat hati, Paulina melepas kepergian mereka berdua. Untunglah selama di mobil William tenang-tenang saja dan Miles bisa konsentrasi menyetir.

Pertama-tama mereka mengunjungi Los Angeles Cemetery. Sesampainya di tempat parkir Miles langsung turun sambil menggendong William dan membawa beberapa batang bunga gay cravat yang baru saja ia petik dari kebunnya dan dibuat buket oleh Madeline. Ia lalu mengunci mobil lalu melangkah masuk ke gerbang yang kelihatan megah dengan nuansa abad pertengahan. Walaupun di pemakaman itu banyak selebritis Hollywood dimakamkan, tetap saja suasananya sepi seperti biasa. Ia terus melangkah sambil melihat kertas catatan yang diberikan oleh Ema – catatan dimana letak makam yang akan dikunjunginya. Ia lalu berhenti di depan sebuah batu nisan marmer yang bermodel simpel dengan ukiran-ukiran yang membuat nisan itu terlihat seperti salah satu pilar kuil-kuil di jaman Yunani kuno dengan patung Bunda Maria sedang menggendong bayi Yesus disebelahnya. Batu nisan dan patung itu terlihat masih baru dan berkilau. Hampir semua batu nisan di pemakaman itu, baik baru maupun lama, terlihat berkilau karena mereka dirawat baik-baik oleh penjaganya. Tentu saja, karena harga sepetak area di pemakaman mewah itu dan biaya pertahunnya sangat mahal. Tapi yang membedakan batu nisan itu dengan yang lainnya adalah nama yang terukir di atasnya – nama seseorang yang sangat dicintai oleh Miles Edgeworth dengan seluruh hidupnya.

R.I.P
LANA SKYE
1988 – 2017

Strong, cheerful, gentle and lovable leader, sister, lover, and mother
May she rest in peace and will always be blessed by the Lord


Miles lalu meletakkan buket bunga gay cravat yang dibawanya di atas batu nisan itu. Lama ia terdiam, sampai ia merasakan William menarik-narik kausnya. Ia lalu menyelipkan jarinya di tangan anaknya yang sangat mungil, lalu tersenyum. “Hei, ayo beri salam pada mommy” bisiknya lembut. Tapi William sepertinya lebih tertarik kepada jari Miles yang digenggamnya erat-erat. Miles hanya menghela napas, lalu berlutut di depan makam Lana.

Lana, ini anak kita. Ia kuberi nama William. Uhm…mungkin kau marah pada Ema karena dia membuatku terlibat. Tapi aku akan lebih marah lagi padanya kalau dia sampai menurutimu. Jadi…maafkan dia ya? Lalu…aku…aku…

Aku ingin minta maaf padamu.

Semua orang bilang ini bukan salahku, mereka bilang ini bukan salah siapa-siapa. Tapi tetap saja aku merasa bersalah. Dan lagi aku memang salah, karena waktu itu aku tidak mempedulikan perasaanmu dan hanya fokus pada pekerjaanku…tapi itu karena aku tidak tahu! Kalau aku sampai tahu…aku bahkan rela melepaskan lencana kejaksaanku agar kau tidak sampai diadili! Biar saja kau berpikir aku lancang, aku tidak peduli! Biar usiaku lebih muda lima tahun, aku benar-benar mencintaimu. Duh…omonganku jadi ngelantur begini. Apa kata orang-orang kalau tahu bahwa Demon Prosecutor Miles Edgeworth bertutur kata manis pada wanita dan mengurus bayi? Hahahahah…


Tiba-tiba, ia melihat tetesan air di atas pipi William. Ia mengambil saputangan Burberry-nya dan menyekanya, tetapi tetesan-tetesan air itu terus menetes membasahi punggung tangannya. Ia akhirnya sadar bahwa tetesan air itu bukanlah hujan atau embun yang terlalu terlambat turun, tetapi airmatanya sendiri.

Duh, kok aku jadi nangis begini sih!

Oh ya, aku semalam mimpi bertemu ayah…meskipun hanya mimpi, tapi terasa benar-benar nyata. Dalam mimpiku, ia berkata bahwa jalan yang kutempuh selama ini salah…tapi dia bilang masalahnya bukan karena aku memilih menjadi jaksa. Entahlah…kulihat wajahnya sedih sekali. Aku…aku memang sadar kalau selama ini salah. Aku telah tercemar dengan tradisi kesempurnaan keluarga Von Karma. Meskipun aku tahu kalau mereka salah, tetapi kenapa aku menuruti mereka? Biarpun aku telah diadopsi oleh keluarga Von Karma, tetap saja aku adalah putra dari seorang pengacara terhormat Gregory Edgeworth! TIdak…ini tidak ada hubungannya dengan keluarga Von Karma. Ini murni kesalahanku sendiri, egoku hanya haus akan kesempurnaan dan kemenangan.

Apa sebenarnya makna dari itu semua? Makna menjadi jaksa terbaik, makna menjadi nomor satu di kejaksaan, makna mempunyai catatan kerja sempurna dalam CV…dan masih banyak lagi.

Mungkin….tidak, tidak…aku harus jujur pada diriku sendiri. Diantara orang-orang yang telah kubuat dinyatakan bersalah, pasti banyak yang sebenarnya benar-benar tidak bersalah! Aku tahu betul soal itu, tapi tetap saja dengan semena-mena kubuat mereka dinyatakan bersalah atas hal yang tidak mereka lakukan demi ‘rekor sempurna’ dalam karirku.

Ayah…apa itu kesalahanku?


SRAK!

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari belakang. Ia cepat-cepat bersembunyi di belakang sebuah batu nisan yang cukup tinggi sambil memeluk William erat-erat untuk menyembunyikan tubuhnya karena tidak ingin seseorang melihatnya dengan wajah menangis dan sedang menggendong bayi.
Back to top Go down
http://natsumi726.deviantart.com
mikumo-hime
Prosecutor
Prosecutor
mikumo-hime


Female Number of posts : 373
Age : 32
Location : ShinRa Company, 70th floor
Reputasi : 0
Registration date : 2008-09-07

it's a turnabout life - Page 2 Empty
PostSubject: Re: it's a turnabout life   it's a turnabout life - Page 2 Icon_minitimeSun Nov 23, 2008 8:34 am

Dari balik batu nisan yang besar itu, ia melihat empat anak-anak yang memakai baju hitam formal. Anak laki-laki dan perempuan yang sepertinya sebaya dengan Ema, dan dua anak laki-laki dan perempuan kembar yang usianya lebih kecil daripada Pearl saling bergandengan tangan. Mereka semua sepertinya kakak beradik. Anak perempuan yang paling tua membawa sekeranjang bunga, sementara anak laki-laki yang sepertinya paling tua diantara keempat anak itu menggandeng tangan dua adik-adiknya. Mereka lalu berhenti di sebuah nisan yang kelihatannya paling sederhana di antara nisan-nisan lainnya yang modelnya mentereng. Miles melirik ke arah nama yang diukirkan di atas batu nisan itu.

R.I.P
SCOTT MOLDERS & SANDY MOLDERS


Scott Molders? Sepertinya aku mengenal nama itu…

Anak laki-laki yang paling tua melepaskan gandengannya, lalu dua anak kembar itu berlarian sambil tertawa-tawa riang. Anak perempuan yang paling tua lalu meletakkan keranjang bunganya di tanah, lalu dua anak kembar itu menghampirinya dan mengambil segenggam bunga, lalu menebarnya di sekitar batu nisan tersebut. Mereka tertawa-tawa ceria sambil berteriak-teriak lantang “Ayah! Ibu! Selamat ulang tahun pernikahan!” tapi cepat-cepat kakak laki-laki mereka menyuruh mereka diam karena mereka harus berdoa. Setelah selesai berdoa, sang kakak perempuan menyuruh adik-adiknya untuk pergi bermain ke taman yang ada di sebelah dalam pemakaman. Kedua anak kecil itu langsung berlari ke arah taman sambil bernyanyi-nyanyi dengan riang.

Lama dua anak remaja itu berdiri di depan batu nisan milik orangtua mereka. Tiba-tiba anak perempuan itu menangis. Kakaknya langsung menghiburnya, mencoba menenangkannya.

“Sudahlah, Grace. Jangan menangis. Bukankah kita sudah berjanji untuk tersenyum ketika mengunjungi ayah dan ibu?”

“Maafkan aku, kak Arthur…tapi…tapi…”

Anak laki-laki yang bernama Arthur itu langsung memeluk adik perempuannya.

“Tak apa, Grace. Kalau kau mau menangis, menangislah. Semuanya gara-gara si jaksa brengsek Miles Edgeworth itu!”

APA?!

Sambil terus memeluk Grace, Arthur terus berbicara dengan nada yang penuh amarah “Gara-gara dia, ayah jadi dinyatakan bersalah! Padahal ayah sama sekali tidak berbuat apa-apa! Lalu pengadilan tertinggi menyatakan ayah harus dihukum mati. Mendengar hal itu ibu terkarena serangan jantung karena shock lalu meninggal…akhirnya tinggal kita yang harus mengurus adik-adik kita yang masih kecil. Hah…tak heran dia dijuluki Demon Prosecutor…karena dia memang setan yang telah membuat hidup kita menderita!”

Miles sangat shock mendengarnya.

Scott Molders…aku ingat! Dia salah satu terdakwa tersulit yang pernah kutangani. Rupanya aku telah membuat keluarganya hancur berantakan dan anak-anaknya menderita…

Sudah berapa banyak orang yang kubuat bernasib sama seperti mereka?


Di saat yang bersamaan, tiba-tiba ia ingat kata-kata ayahnya ketika masih kecil dulu

“Miles, jika kau ingin menjadi pengacara, ingatlah satu hal. Tujuan kita sebagai orang yang bekerja di bidang pengadilan bukan untuk memperoleh kemenangan, tapi untuk menegakkan keadilan. Baik seorang jaksa maupun pengacara…mereka bisa mengubah nasib seseorang lebih daripada yang kau duga”

Ayah…

Aku ingat sekarang.

Aku sudah tahu apa kesalahanku, dan mengapa kau bilang aku telah menempuh jalan yang salah.

Andai Wright tidak menolongku waktu itu…

Bagaimana nasibku sekarang? Tidak, yang lebih penting lagi…

Bagaimana nasib William?


Miles lalu menatap William, dan William hanya memandangi Miles dengan sepasang bola mata miliknya dengan tatapan yang begitu polos sambil meraih pipi ayahnya yang kini sudah dibanjiri air mata. Ia langsung memeluk William erat-erat dan menangis sesenggukan, menahan suaranya sekuat tenaga agar tidak menarik perhatian dua anak remaja itu. Tetapi ia malah terpeleset batang pohon dan hampir terjatuh ke samping. Untung saja ia masih sempat menyeimbangkan diri kalau ia akan jatuh ke tanah bersama William. Tapi terlambat, Grace dan Arthur sudah melihatnya. William sepertinya kaget dan hampir menangis, tapi Miles cepat-cepat memeluknya dan menimangnya agar ia tidak membuat keributan. Tapi sepertinya percuma, karena William tidak kunjung tenang juga.

“Kau…Miles Edgeworth?” Arthur tiba-tiba bertanya. Miles langsung menatap wajah anak itu – wajahnya geram. Jelas saja, orang yang sejak tadi diungkitnya di depan makam orangtuanya sebagai penyebab kehancuran keluarganya berada tepat di depan matanya. “Kau…dilihat dari wajahmu, sepertinya kau telah mendengar pembicaraan kami…dasar jaksa kurang ajar! Pergi kau dari sini!” teriaknya geram sambil berlari ke arah Miles. “Kak Arthur! Jangan kasar!” teriak Grace. Namun terlambat. Arthur sudah menonjok wajah Edgeworth dengan sekuat tenaga. Miles jatuh terjerembab di tanah, namun masih sempat memegangi anaknya sehingga ia tidak ikut menyentuh tanah. Kali ini William benar-benar menangis. Miles lalu perlahan-lahan berdiri sambil bersangga pada makam Lana, sementara tangan satunya menggendong William. “Kak Arthur! Apa kau tidak melihat kalau ia sedang menggendong bayi?! Kalau sampai anaknya jatuh bagaimana?!” bentak Grace sambil menampar wajah Arthur “Grace…apa-apaan kau?! Kenapa kau malah membela orang yang telah membuat ayah berakhir di tiang gantungan?! Lagipula kalau anaknya mati juga biarkan saja! Aku tidak peduli!”

“Hei kau, namamu…Arthur?” tanya Miles tiba-tiba.

“Ya, aku Arthur. Ada masalah, pembunuh?” jawab Arthur dengan arogan sambil melipat tangan. “Kak Arthur! Hentikan! Jangan bersikap seperti itu!” kata Grace. Tapi Arthur sepertinya tidak peduli.

Miles lalu menaruh William di atas batu nisan Lana, lalu bersimpuh di depan Arthur dan Grace.

“Maafkan aku”

“Minta maaf dan bersujud seperti itu tidak cukup, brengsek! Kau sudah menghancurkan keluarga kami, kau sudah membuat kami susah! Kau…”

Arthur terus marah-marah, dan nasihat Grace tidak didengarnya. Sementara itu, Miles berdiri dan mengambil dompet dari sakunya, lalu mengeluarkan cek dan mengisi kolom saldonya dengan jumlah uang yang cukup banyak. Ia lalu menandatanganinya dan mengulurkannya kepada Arthur. Tapi cepat-cepat Arthur menebas tangannya dan membuat kertas cek itu jatuh ke tanah.

“Kami tidak butuh uangmu, apalagi belas kasihan dari orang! Terutama dari orang brengsek sepertimu! Enyahlah dari sini!” bentak Arthur. Miles lalu memungut kertas ceknya dan mengulurkannya lagi pada Arthur “Apa kau yakin?” tanya Miles. Kali ini, sorot matanya serius. “Kau dan adik-adikmu sangat membutuhkan uang, kan? Adik-adikmu kurang gizi, kau tidak bisa membohongi mataku” kedua kakak beradik itu kaget. “Ba…bagaimana kau tahu?!” tanya Grace “Dua anak kembar itu…baju mereka terlihat kedodoran dan tubuh mereka sangat kurus. Wajah mereka juga agak kusam dan kurang sehat dan pipi mereka agak menonjol. Ini, kalau kau tidak mau memakainya, paling tidak pakailah untuk membeli makanan untuk adik-adikmu” katanya sambil menyelipkan cek ke tangan Grace. Ia lalu menggendong William lagi “Sekali lagi, aku meminta maaf” katanya sambil membungkuk “Jika ada kesusahan, silakan datangi aku di kantor kejaksaaan agung Los Angeles. Dengan senang hati aku membantu” ia lalu beranjak pergi, tetapi tiba-tiba Arthur bertanya. “Kau...kau memberi uang sebanyak ini kepada kami…apakah kau menolong kami karena kasihan dan merasa bersalah?” tanyanya dengan tatapan jijik. Miles menggeleng “Tidak, aku memberikannya justru karena aku sangat berterima kasih kepada kalian. Kau, Grace dan adik-adik kalian membuatku sadar akan sesuatu hal yang penting” ia lalu melangkah pergi menuju pintu keluar.

“Hei, jaksa brengsek! Aku…aku akan jadi pengacara hebat dan suatu hari aku akan melibasmu di pengadilan!” teriak Arthur.

Miles menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Arthur dan tersenyum tipis. Ia lalu berbalik lagi dan melanjutkan langkahnya.

“Kutunggu” jawabnya pendek sambil mengayunkan sebelah tangannya.

Lana…aku dan William akan mengunjungimu lagi lain kali. Selamat tinggal, my red ruby…
Back to top Go down
http://natsumi726.deviantart.com
mikumo-hime
Prosecutor
Prosecutor
mikumo-hime


Female Number of posts : 373
Age : 32
Location : ShinRa Company, 70th floor
Reputasi : 0
Registration date : 2008-09-07

it's a turnabout life - Page 2 Empty
PostSubject: Re: it's a turnabout life   it's a turnabout life - Page 2 Icon_minitimeSun Nov 23, 2008 8:37 am

Chapter 8: Name: William Edgeworth. Age: 1 month old. Occupation: BABE MAGNET

Dua puluh menit kemudian, terlihat sebuah Lambhorgini Gallardo hitam terparkir di area parkir Beverly Hills Local Park di antara deretan mobil-mobil mahal lainnya. Bukan, itu bukan tempat jual mobil mahal secondhand tetapi sebuah tempat parkir biasa. Di areal Beverly Hills tempat orang-orang yang namanya masuk dalam deretan Forbes’ List tinggal, pemandangan seperti itu di tempat parkir hanyalah pemandangan biasa.

Miles lalu mengeluarkan baby stroller dari bagasi mobil dan membuka lipatannya, lalu mengambil William dan menidurkannya dalam baby stroller. Ia lalu mengambil barang-barang yang ia perlukan. Dompet, kunci mobil, iPhone, dan tas bayi bergambar steel samurai berisi barang-barang keperluan William. Tak lupa starbucks tumbler-nya yang berwarna hitam dan diisi dengan kopi terfavoritnya yang bahkan lebih disukai daripada Dallmayr Prodomo – Kopi Luwak Indonesia. Kopi termahal di dunia yang harga seperempat kilonya bisa membeli PS3 itu sudah menjadi kopi favoritnya sejak dulu, tetapi jarang ia bisa mendapatkan biji kopi yang cukup untuk menikmatinya setiap hari karena barangnya langka.

Setelah itu, ia memasukkan tas William ke bag storage di bawah stroller, menaruh tumblernya di cupholder dekat pegangan, mengunci mobil, dan memasukkan dompet, kunci dan iPhone-nya ke saku celana. Barulah ia siap untuk berjalan-jalan di taman bersama William.

Suasana di Beverly Hills Local Park cukup ramai. Sambil mendorong stroller William, Miles memasang earphone dan mendengarkan lagu-lagu kesukaannya, bersantai menikmati suasana taman yang teduh dengan berbagai macam pohon tinggi menjulang. Beverly Hills Local Park memang lokasi yang sering dipilih oleh orang-orang Los Angeles, baik yang tinggal di daerah Beverly Hills maupun bukan, untuk bersantai dari kegilaan kehidupan kota – apalagi di Beverly Hills yang penuh bertaburan dengan para socialite dan bintang Hollywood. Setelah berjalan agak jauh, ia melihat tempat duduk kosong. Tempatnya teduh, walaupun suasananya agak sedikit ramai karena di dekat situ ada taman bermain anak-anak. Banyak ibu-ibu yang membawa anak bayi berkumpul, dan stroller designer’s label mereka terparkir rapi di pinggir kursi taman. Para ibu-ibu itu memakai baju bermerek, memamerkan betapa lucunya anak-anak mereka yang berumur kurang dari setahun namun sudah dihiasi dengan berbagai macam pakaian bermerek, mulai dari Burberry sampai Dior. Miles sendiri memilih untuk duduk di bawah pohon maple besar yang letaknya tidak jauh dari situ, menaruh William di pangkuannya sambil membaca novel Twilight dan mendengarkan lagu. Tidak lupa juga kopi Luwaknya yang sesekali diseruputnya ketika ia haus. Beruntung William sedang tidur dengan tenang, sehingga Miles bisa bersantai.

Awalnya hanya dimulai dari seorang ibu muda yang nyeletuk bahwa ada cowok imut yang sedang memangku bayi di bawah pohon. Kumpulan ibu-ibu tukang gosip itu langsung melihat ke arah yagn ditunjuk oleh ibu muda itu, lalu perlahan-lahan bergeser mendekati cowok yang dimaksud. Begitu mereka sampai pada radius dimana mata mereka dapat menangkap wajah tampan Miles Edgeworth, mereka langsung berteriak histeris seperti kawanan burung-burung kutilang “OH MY GOSH! OH MY GOSH! ADA COWOK GANTENG DI SITU!” mereka lalu langsung buru-buru menaruh bayi mereka dalam stroller dan cepat-cepat menuju pohon dimana Miles berada. Mereka berusaha untuk tidak terlalu cepat, namun tidak terlalu lambat untuk menciptakan kesan bahwa mereka sedang mengajak bayi mereka jalan-jalan dan ‘tidak sengaja’ lewat di situ.

Tiba-tiba William menangis. Miles langsung menaruh bukunya dan mencopot sebelah earphone-nya, lalu melihat ke arah jam tangan Tag Heugher miliknya. Sudah waktunya William untuk minum susu, pantas saja dia lapar. Miles lalu berdiri dan menaruh William di dalam stroller, lalu berjongkok untuk mengambil susu yang sudah disiapkan Paulina di dalam tas yang ditaruh di bag holder stroller. Setelah mengambil sebotol susu, ia menggendong William lagi dan meminumkan susunya. Para ibu-ibu yang histeris itu sempat lupa bernapas melihat pemandangan si cowok ganteng di bawah pohon sedang memberi susu pada anaknya. “KYAAAAAAAAAA~ LUCU! IMUT! GANTENG! KEREN! TIPE SUAMI IDAMAN!” jerit mereka histeris dalam hati. Tapi demi menjaga image, mereka berusaha bertingkah senormal mungkin walaupun sudah jelas mereka tidak bisa menyembunyikan dada mereka yang naik turun karena sesak napas saking histerisnya serta senyuman lebar mereka yang memalukan saking tidak tahannya melihat pemandangan lucu itu. Apalagi ketika Miles tersenyum. Hati mereka serasa lumer bak mentega yang dimasukkan ke dalam wajan.

Ketika Miles melihat sekeliling, tiba-tiba ia sudah dikerumuni oleh ibu-ibu bertaburkan perhiasan dan branded clothes, bersama bayi-bayi mereka.

“Selamat siang” sapa salah seorang wanita.

“Oh…selamat siang” sapa Miles balik sambil tersenyum dengan ramah. Ia memang sadar kalau dirinya memang sering disebut-sebut tampan oleh banyak wanita, tapi baru kali ini para wanita berani mendekatinya, bahkan menyapanya. Mungkin selama ini wanita-wanita yang mengaguminya hanya berani melihatnya dari jauh karena tampang mahal senyumnya. Mereka lalu berganti-gantian bertanya-tanya kepada Miles

“Bayimu lucu sekali, namanya siapa?”

“Terima kasih. Namanya William”

“Namanya bagus sekali! Ia juga terlihat tampan dan imut, seperti papanya!”

Mendengar pujian seperti itu, Miles merasa agak bangga.

“William mungil sekali! Usianya berapa bulan?”

“Satu bulan. Badannya kecil karena dia lahir prematur”

“Heee? Di bulan keberapa?”

“Bulan ketujuh”

“Benarkah? Tapi dia terlihat sehat sekali. Anakku, Rose juga lahir prematur tapi dia harus tinggal di NICU sampai tiga bulan. Sekarang usianya sudah enam bulan” kata salah satu ibu sambil menggendong anaknya dan menggerak-gerakkan tangannya seolah memberi kesan kalau bayi perempuan yang besar itu sedang melambai-lambaikan tangannya kepada Miles dan William. Miles hanya tersenyum dan menyapa balik kepada bayi bernama Rose itu. Entah kenapa, sejak ada William ia bisa bersikap lebih ramah kepada orang-orang, dan pendapat serta perasaannya berubah tentang anak kecil. Setelah itu, mereka berbincang-bincang mengenai segala hal dan saling bertukar informasi seputar parenting. Miles tentu saja mendengarkan baik-baik karena ia tahu pengetahuannya tentang bayi masih seperti katak dalam tempurung, walaupun sudah diajarkan bermacam-macam hal oleh Paulina. Paulina sendiri juga mengatakan kalau ia sengaja tidak memberikan pengetahuan selengkap-lengkapnya karena ia mau anak asuhnya belajar sendiri bagaimana cara mengurus anak dan menemukan cara yang paling tepat untuknya dan William.

Setelah beberapa lama, Miles lalu mohon diri dari situ karena ia takut William akan sakit jika dibawa keluar lebih dari empat jam. Setelah ia agak jauh dari situ, barulah para wanita itu berteriak hiseris lagi bagai kawanan burung di atas pohon lebat di hutan rimba. mereka terus-terusan berkicau bagaimana tampannya Miles dan betapa lucunya William, penampilannya yang modern namun terlihat elegan, sifatnya yang ramah, pengetahuannya yang luas tentang bagaimana cara mengurus anak, dan hal-hal lainnya.

Sementara itu, di dalam Lambhorgini Gallardo-nya, Miles tersenyum-senyum sendiri sambil menyenandungkan lagu Jazz favoritnya yang sedang diputar di radio mobil. “William, jalan-jalannya menyenangkan ya?” Miles lalu tertawa-tawa sendiri dan terus menyetir sambil sesekali bergoyang kiri-kanan dan bernyanyi mengikuti irama lagu. William sendiri hanya tertidur pulas di car seat setelah acara jalan-jalan pertamanya.

Hari itu, Miles Edgeworth telah mempelajari sesuatu yang baru: anak bayi ternyata mempunyai fungsi selain untuk merepotkan ayahnya – menjadi magnet cewek!

---

Tiba-tiba, sebuah truk mini berwarna biru melintas disebelahnya. Ia baru saja mau berbelok ke arah perumahan letak Von Karma Mansion, tetapi mobil kuno itu memblokir jalannya dan membuatnya tidak bisa berbelok dan akhirnya ia melewati belokan itu. Ia bermaksud untuk memutar arah, tetapi setiap kali ia mencoba berbelok mobil itu terus-terusan menghalanginya. Baru saja ia mau menyalip dengan kasar, mobil itu nekat memblokirnya sampai ia hampir menabrak. Miles mencoba untuk tidak menyetir dengan kasar agar tidak terjadi kecelakaan. Ditambah lagi, sekarang ia sedang membawa William pulang setelah jalan-jalan pertamanya. Kalau jalan-jalan pertama saja mereka tidak pulang dalam keadaan utuh, maka bisa-bisa semua orang (terutama Paulina) menghabisinya dan melarang mereka untuk jalan-jalan sendiri lagi. Dan lagi, mobil butut berwarna biru itu sepertinya mencoba menuntun mereka ke suatu tempat. Miles lalu berniat untuk berbelok di belokan selanjutnya yang arahnya berlawanan dengan mobil itu, namun ketika ia melihat apa yang membuat sinar di mobil seberang terpantul dengan kuat, ia mengurungkan niatnya.

Pistol!

Apa-apaan ini, perampokan?!
Back to top Go down
http://natsumi726.deviantart.com
D. A. Taufik
Bassist of Daiben
Bassist of Daiben
D. A. Taufik


Male Number of posts : 2532
Age : 29
Location : Bogor, Indonesia
Reputasi : 3
Registration date : 2008-07-05

it's a turnabout life - Page 2 Empty
PostSubject: Re: it's a turnabout life   it's a turnabout life - Page 2 Icon_minitimeTue Nov 25, 2008 3:53 pm

udah berapa kata?
Back to top Go down
http://vieralita.deviantart.com/
mikumo-hime
Prosecutor
Prosecutor
mikumo-hime


Female Number of posts : 373
Age : 32
Location : ShinRa Company, 70th floor
Reputasi : 0
Registration date : 2008-09-07

it's a turnabout life - Page 2 Empty
PostSubject: Re: it's a turnabout life   it's a turnabout life - Page 2 Icon_minitimeTue Nov 25, 2008 6:27 pm

24,515...termasuk chapter2 yang belom dipost disini
Back to top Go down
http://natsumi726.deviantart.com
D. A. Taufik
Bassist of Daiben
Bassist of Daiben
D. A. Taufik


Male Number of posts : 2532
Age : 29
Location : Bogor, Indonesia
Reputasi : 3
Registration date : 2008-07-05

it's a turnabout life - Page 2 Empty
PostSubject: Re: it's a turnabout life   it's a turnabout life - Page 2 Icon_minitimeTue Dec 02, 2008 11:07 pm

selamat anda memenangkan nanowrimo hahahahahahahaha
Back to top Go down
http://vieralita.deviantart.com/
mikumo-hime
Prosecutor
Prosecutor
mikumo-hime


Female Number of posts : 373
Age : 32
Location : ShinRa Company, 70th floor
Reputasi : 0
Registration date : 2008-09-07

it's a turnabout life - Page 2 Empty
PostSubject: Re: it's a turnabout life   it's a turnabout life - Page 2 Icon_minitimeThu Dec 18, 2008 6:07 pm

the english version of 'it's a turnabout life' can now be viewed through my livejournal and fanfiction.net!
Back to top Go down
http://natsumi726.deviantart.com
Satsuki Yuuhi Ramius
Victim
Victim
Satsuki Yuuhi Ramius


Female Number of posts : 24
Age : 31
Reputasi : 1
Registration date : 2009-06-25

it's a turnabout life - Page 2 Empty
PostSubject: Re: it's a turnabout life   it's a turnabout life - Page 2 Icon_minitimeSat Jun 27, 2009 2:31 pm

Uwwoooo bagus banget!

Lanjutin lagi dong..
Back to top Go down
http://nabila-r.deviantart.com
Sponsored content





it's a turnabout life - Page 2 Empty
PostSubject: Re: it's a turnabout life   it's a turnabout life - Page 2 Icon_minitime

Back to top Go down
 
it's a turnabout life
Back to top 
Page 2 of 2Go to page : Previous  1, 2
 Similar topics
-
» Turnabout Confession?
» Turnabout Pizza (Admin's Project #1)
» Lynne Ashe - Proof of a Turnabout

Permissions in this forum:You cannot reply to topics in this forum
The First Indonesian Phoenix Wright Forum :: Berry Big Circus :: Deauxnim's Spot-
Jump to: